ketegangan memengaruhi peta geopolitik dunia, negara-negara dengan kekuatan menengah (middle powers) semakin menemukan momentum untuk memainkan peran yang lebih strategis. Salah satu platform yang muncul sebagai upaya merespons ketidakpastian ini adalah MIKTA—sebuah forum yang menggabungkan lima negara dengan pengaruh yang berkembang, yakni Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
Dari keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mundur dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, hingga menarik diri dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC)—semua langkah ini menunjukkan semakin banyaknya ketidakpastian dan kerawanan dalam sistem global.
Forum ini memberi kesempatan bagi negara-negara menengah untuk menonjolkan posisi mereka di panggung global yang semakin terpolarisasi.
Peran MIKTA di Bawah Kepemimpinan Korea Selatan
Saat ini, Korea Selatan memegang kepemimpinan MIKTA dan telah menetapkan tiga agenda besar yang menjadi prioritas. Tiga hal tersebut adalah membangun perdamaian dunia, mendorong keterlibatan pemuda, serta mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Keberadaan Korea Selatan sebagai pemimpin MIKTA semakin mempertegas bahwa negara-negara menengah memiliki kapasitas untuk mendorong agenda-agenda besar di tingkat global. Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Soo-deok, dalam diskusi yang diadakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada Juni 2025, mengungkapkan bahwa negara-negara MIKTA memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan yang stabil dalam urusan global.
“Peran negara middle power menjadi lebih penting dibanding sebelumnya.
Tantangan dan Peluang bagi MIKTA
Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup di Kementerian Luar Negeri Indonesia, mengungkapkan bahwa meskipun MIKTA berfokus pada dimensi politik dan sosial, kerja samanya dalam sektor ekonomi dan perdagangan masih sangat terbatas.

“Meskipun visi MIKTA besar, kita belum melihat adanya terobosan konkret dalam kerja sama ekonomi. Belum ada forum bisnis, dan transaksi mata uang lokal antarnegara anggota pun belum ada,” ungkap Tri.
Baaca Juga : Pergantian Jitu Luis Milla yang Mengantar Indonesia ke Semifinal
Mengisi Kekosongan Pasca-Amerika Serikat
Dengan tujuan bersama yang jelas, forum ini bisa lebih efektif dalam mencapai tujuan bersama,” ujar Dino.
ketegangan memengaruhi Dino membandingkan dengan ASEAN, Uni Eropa, dan G7 yang memiliki landasan kuat karena tujuan bersama yang jelas.
Kesimpulan
Dalam menghadapi dunia yang semakin terpecah-pecah, MIKTA tidak hanya menjadi jembatan antara negara maju dan berkembang, tetapi juga menjadi simbol pentingnya kolaborasi global dalam menciptakan masa depan yang lebih stabil dan sejahtera