Badan Intelijen Rusia Badan Intelijen Rusia kembali mencuri perhatian publik internasional. Kesepakatan ini, menurut Naryshkin, bertujuan untuk memudahkan koordinasi dan memungkinkan keduanya berdiskusi kapanpun ada isu penting yang muncul.
Pernyataan ini disampaikan Naryshkin melalui siaran televisi nasional Rusia. Dalam keterangannya, ia menyebut bahwa dirinya telah berbicara langsung dengan Ratcliffe melalui sambungan telepon dan menyepakati langkah-langkah tersebut sebagai upaya menjembatani diskusi di tengah memanasnya ketegangan global—khususnya terkait konflik Rusia dan Ukraina. “Kami sepakat untuk saling menelepon kapan saja, jika ada isu yang menurut kami patut didiskusikan,” ujar Naryshkin dalam wawancara tersebut.
Badan Intelijen Rusia Kesepakatan ini terbilang luar biasa, mengingat sejarah panjang persaingan antara badan intelijen kedua negara. SVR, sebagai penerus dari badan intelijen legendaris Uni Soviet—KGB, memiliki jejak panjang dalam operasi rahasia yang sering bersinggungan dengan kepentingan Amerika. Bahkan dalam sejarahnya, SVR dan para pendahulunya telah merekrut agen-agen tingkat tinggi yang berhasil membocorkan informasi penting kepada Uni Soviet. Nama-nama seperti Julius Rosenberg, Aldrich Ames, dan Robert Hanssen telah menjadi simbol dari masa-masa penuh ketegangan
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Namun, di tengah sejarah kelam itu, kesepakatan membuka jalur komunikasi langsung ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah ini pertanda mencairnya hubungan antara dua negara, atau justru bagian dari strategi intelijen baru di era konflik modern?
ke Ukraina pada tahun 2022, ketegangan antara Moskow dan Washington meningkat drastis. Keduanya saling tuding, saling boikot, dan di belakang layar, perang informasi serta intelijen agen intelijen kembali marak.
Namun para analis politik internasional tetap menyatakan hati-hati. Jalur komunikasi ini bisa jadi hanya bagian dari strategi permainan kekuasaan dua negara adidaya. Tidak sedikit yang menilai bahwa komunikasi semacam ini justru berpotensi menjadi taktik untuk menggali informasi lawan, mengelola persepsi publik, atau bahkan menciptakan tekanan psikologis melalui diplomasi intelijen.
Meski begitu, di dunia yang semakin tidak pasti, komunikasi tetaplah sebuah langkah penting.
